Artikel ini ditulis oleh Bayu Yoni Setyo Nugroho, M.P.H (Dosen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro)

Hingga tanggal 9 Maret 2020 kasus kematian Coronavirus / COVID 19  / SARS CoV 2 lebih dari 3.500 jiwa dimana lebih dari 3.000 kematian dan lebih dari 45.000 suspect terjadi di China. Sedangkan  pemerintah melalui kementerian kesehatan telah mengumumkan 23 masyarakat terkonformasi positif terjangkit Corona virus atau COVID-19. Kasus pertama kali terjadi di Kota Wuhan Provinsi Hubei Negara China pada akhir Desember 2019. COVID 19 merupakan penyakit yang diakibatkan oeh virus yang meyebar melalui percikan air (dropplet) dari penderita ke orang sehat bukan dari udara. Beberapa negara yang sulit membedakan penderita mengidap COVID 19 atau penyakit pnemonia. Masa inkubasi virus dalam tubuh manusia sebelum terjadi sebuah simptom yakni 9 hari pada suhu ruangan, namun pada suhu lebih dari 30 derajat masa inkubasi lebih cepat.

Kecemasan dan kepanikan masyarakat terlihat jelas ketika banyak toko-toko kesehatan diserbu oleh masyarakat untuk membeli masker dan disinfektan, umumnya masyarakat membeli masker yang bertipe masker bedah dan disinfektan yang mudah dibawa dalam aktifitas sehari-hari. Pemahaman yang minim mengenai fungsi dan jenis sebuah masker dan disinfekatn  menjadi sebuah bom waktu, hal ini karena setiap masker memiliki fungsi yang berbeda apakah untuk pencegahan dari bakteri atau virus. Sedangkan disinfektan memiliki fungsi yang berbeda pula terkait dengan kandungan yang ada didalamnya. Sebelum jauh membahas mengenai masker atau disinfektan kita bahassekitas mengenai penyebaran COVID 19.

Kecepatan penyebaran virus COVID 19 ke dalam tubuh manusia belum diketahui secara spesifik namun dapat kita pelajari bahwa flu biasa membutuhkan waktu 5 detik untuk menyebarkan 31,6% virus ke tangan. Beberapa penelitian menyebutkan kebiasan individu memegang wajah mereka sejumlah 23 kali perjam,  56% memegang kulit, 36% mulut, hidung dan mata 31%.  Kebiasaan tersebut perlu di kurangi sehingga akan memperkecil risiko masuknya virus kedalam tubuh manusia. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka mencium tangan sebagai penghormatan orang yang lebih muda kepada orang yang dihormati atau dituakan merupakan salah satu risiko yang dapat menjadi jalur masukkan virus COVID 19.

Badan kesehatan dunia atau WHO telah merekomendasikan masyarakat menggalakkan cuci tangan sebelum dan setelah kegiatan. Mencuci tangan umumnya menggunakan sabun atau deterjen dan air yang memiliki kandungan natrium hipoklorit. Secara lebih efektif dan efisien bahan yang dapat menonaktifkan virus dengan prosedur desinfeksi pada permukaan benda atau lingkungan yakni disinfektan dengan kandungan etanol 62-71%, hidrogen peroksida 0,5% atau natrium hipoklorit 0,1% hal ini dapat menonaktifkan virus dalam waktu 1 menit, apabila tidak dilakukan desinfeksi dengan kandungan tersebut virus dapat bertahan selama 9 hari dipermukaan benda.

Langkah dalam pengendalian yang dilakukan masyarakat umumnya sebuah tindakan berdasarkan emosi atau kepanikan akibat dari pendidikan kesehatan masyarakat yang belum merata ke tiap lapisan. Beberapa tindakan yang efektif dalam proteksi terhadap COVID 19 yang dapat dilakukan berdasarkan keefektifan antara lain.

  1. Melakukan surveilance atau pendataan mengenai ada atau tidaknya penderita yang mengalami gejala-gejala yang mirip. Apabila di temukan maka segera ke rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan terdekat supaya dapat dilakukan pemeriksaan lebih lengkap serta mendapat penanganan lebih komprehensif. Meskipun hal ini memiliki keefektifan paling baik, namun membutuhkan keaktifan masyarakat dan tenaga kesehatan yang aktif.
  2. Menggalakkan penggunaan disinfektan pada kegiatan sehari-hari karena tindakan ini lebih efektif dalam membunuh virus yang terdapat pada permukaan kulit manusia dibandingkan melakukan cuci tangan tanpa menggunakan sabun. Pembahasan sebelumnya telah menunjukkan jenis disinfektan yang memiliki kandungan etanol 62-71%, hidrogen peroksida 0,5% atau natrium hipoklorit 0,1% dapat menonaktifkan virus dalam waktu 1 menit.
  3. Menggunakan masker yang tepat dalam upaya pecegahan menyebarnya virus masuk dalam tubuh manusia. Umumnya masyarakat masih menggunakan masker bedah yang digunakan untuk mencegah terjadinya paparan. Namun dalam penelitian menyatakan masker bedal atau surgical mask tidak memiliki keefektifan dalam melakukan penyaringan hingga ukuran virus. Fungsi surgical mask mencegaha adanya cairan atau dropplet menempel pada muka atau wajah individu. Keefektifan masker bedah digunakan untuk paparan dropplet berjenis bakteri bukan virus karena partikel yang dapat disaring berukuran 1 – 100 micrometer. Lantas jenis masker manakah yang lebih efektif untuk pencegahan virus? Pencegahan atau proteksi yang aman menggunakan masker yang berdertifikat Occupational Safety and Health Administration (OSHA) atau Centre of Disiease Center (CDC) yakni masker N95 di desain untuk mencegah masuknya droplet dan partikel virus kedalam tubuh manusia. Hal ini ditunjukkan dengan keefektifan penyaring partikel virus berukuran 0,01 hingga 100 micrometer. Kesimpulan membuktikan bahwa masker bedah memiliki fungsi proteksi yang lebih lemah dibandingkan masker N95 dalam penanganan pencegahan virus COVID 19.

Upaya bersama-sama dalam peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam hygiene sanitasi dimasyarakat merupakan tugas bersama-sama antara pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. COVID 19 menyadarkan bahwa peran kesehatan masyarakat menjadi vital karena promosi dan preventif menjadi senjata utama tenaga kesehatan masyarakat. Harapan kedepan pemerintah dapat memberikan porsi yang lebih untuk merubah paradigma kesehatan yang sebelumnya fokus terhadap obat dan pengobatan ke arah promosi dan preventif dibidang kesehatan di masyarakat.

Referensi

World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-19) technical guidance: surveillance and case definitions. (https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/surveillance-and-case-definitions, accessed 9 Maret 2020)

Bean, B.M. Moore, B. Sterner, L.R. Peterson, D.N. Gerding, H.H. BalfourSurvival of influenza viruses an environmental surfaces J Infect Dis, 146 (1982), pp. 47-51

Kampf, G., Todt, D., Pfaender, S. & Steinmann, E. Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and its inactivation with biocidal agents. J. Hosp. Infect. 104, 246–251 (2020)

Benson, S. M., Novak, D. A. & Ogg, M. J. Proper Use of Surgical N95 Respirators and Surgical Masks in the OR. AORN J. 97, 457–470 (2013