Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk dari spesies Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Kota Semarang merupakan salah satu daerah endemis DBD di Provinsi Jawa Tengah. Incidence Rate DBD Kota Semarang di tahun 2019 24,3% dengan angka CFR 3,2% dan mengalami penurunan di tahun 2020 ke angka 15,9% dengan nilai CFR 1,3%. Puskesmas Kedungmundu termasuk salah satu puskesmas yang memiliki kasus DBD tertinggi di wilayah Kota Semarang. Kelurahan Sendangmulyo merupakan wilayah terluas sekaligus menjadi kelurahan dengan kasus DBD tertinggi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) oleh tim dosen Fakultas Kesehatan UDINUS.

Pada tahap pra-kegiatan, tanggal 30 Maret 2023 dilakukan survey analisis kebutuhan dengan pihak Kelurahan Sendangmulyo yang diwakiliki oleh Kasi Kesos, Sekretaris Kelurahan dan Lurah Sendangmulyo terkait materi-materi edukasi dan metode kegiatan yang efektif untuk dilakukan bersama warga.  Pihak kelurahan pun memberikan masukan terkait warga, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang sebaiknya dilibatkan dalam acara.

Kegiatan PKM yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2023 diawali dengan sambutan dari Fitria Dewi Puspita Anggraini, SKM., M.Sc. selaku ketua tim. Disampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat mengenai Demam Berdarah sehingga upaya penurunan kasus DBD di Kelurahan Sendangmulyo dapat dimaksimalkan dengan berbagai metode, terlebih dengan pendekatan kewilayahan. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Nuridin, S.E selaku Lurah Sendangmulyo yang sangat menyambut baik dan positif kegiatan yang baru pertama kali dilakukan oleh tim Dosen Fakultas Kesehatan UDINUS di Kelurahan Sendangmulyo. “Semoga dengan adanya kegiatan ini, program pengendalian DBD dapat mengefektifkan program Wolbachia ing Kota Semarang yang sedang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang” ungkap Pak Lurah dalam sambutannya sekaligus membuka acara pengabdian di Aula Kelurahan Sendangmulyo.

Sebelum masuk sesi materi, peserta mengikuti pre-test untuk mengukur tingkat pengetahuan awal mereka. Materi pertama mengenai literasi demam berdarah dengue dan pengendaliannya dengan metode Wolbachia disampaikan oleh Dr. Respati Wulandari, M.Kes, dilanjutkan dengan materi kedua mengenai determinan kasus DBD berdasarkan teori HL.Blum di Kota Semarang yang disampaikan oleh Fitria Dewi Puspita Anggraini, SKM., M.Sc. Untuk melepas penat sesuai pemberian materi, dilakukan ice breaking yang dipandu oleh David Gordianus Lumangkun dan Lena Aurumia Songraya selaku MC yang merupakan mahasiswa dari Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan UDINUS.

Acara selanjutnya adalah brainstorming dan diskusi yang dipandu oleh Aprianti, SKM., M.Kes dan Kismi Mubarokah, SKM., M.Kes mengenai akar penyebab masalah tingginya kasus DBD di kelurahan Sendangmulyo bersama para peserta. Peserta kegiatan yang merupakan perwakilan dari masing-masing RW, tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat kelurahan, kader desa, serta kader Wolbachia yang merupakan perwakilan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk program implementasi pengendalian DBD menggunakan metode Wolbachia yang ada di Kelurahan Sendangmulyo dirasa sangat tepat untuk berdiskusi mengenai kondisi penyebab dan upaya pengendalian yang cocok dan aplikatif untuk masing-masing RW. Brainstorming dilakukan menggunakan metode fishbone untuk mencari akar penyebab DBD dari beragam aspek dan sudut pandang. Tidak cukup sampai di sini, pada sesi ini, fasilitator juga mengajak para peserta untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut yang applicative dan applicable untuk diterapkan di wilayah masing-masing. Rencana Tindak Lanjut yang disepakati oleh warga adalah Gerakan PKK Grebeg Jentik, pemeriksaan jentik di lapangan menggunakan gayung saringan, rumah kosong yang lama tidak dihuni tetap harus dilakukan pemeriksaan dengan izin RT terkait, dan pemberian ikanisasi bagi warga yang 3x berturut-turut dilakukan pemeriksaaan ditemukan jentik.

Kegiatan PKM diakhiri dengan melakukan post test untuk mengukur perubahan tingkat pengetahuan peserta kegiatan. Perbedaan hasil uji beda pre-test dan post-test variabel pengetahuan dan sikap pencegahan DBD terhadap 26 peserta kegiatan secara berturut-turut adalah Z=-2,444 p=0,015 dan Z = -2,142 p=0,032, karena nilai p<0,05, maka hasil dinyatakan signifikan ada perbedaan nilai rerata  pre-test dan post test pada pngukuran variabel pengetahuan dan sikap. Hal ini menandakan bahwa kegiatan yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan peserta terhadap demam berdarah.

Tim pengabdian juga membagikan doorprize bagi mereka yang beruntung dan untuk peserta yang telah berani menyuarakan pendapat saat acara berlangsung. Semoga dengan adanya pendampingan dari pihak akademisi seperti ini, masyarakat lebih bisa memahami terkait permasalahan-permasalahan kesehatan di sekitarnya sehingga literasi kesehatan mereka bisa meningkat. *)

*) Dokumentasi : Nida Tahara Salsabila

Artikel ini ditulis oleh Fitria Dewi Puspita Anggraini, SKM., M.Sc. (Dosen Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat UDINUS)