Artikel ini ditulis oleh Fitria Dewi Puspita Anggraini, S.KM, M.Sc (Dosen Prodi S1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Dian Nuswantoro)

Sobat Healthies pasti sudah pada kenal istilah mager dong di era millenial sekarang ini ?!?! Yups, mager adalah istilah anak muda untuk mendefinisikan suatu kebiasaan yaitu Males Gerak. Males Gerak dari apapun aktifitasnya. Males Gerak ketika nonton TV, males gerak ketika belajar, males gerak untuk makan, males gerak saat kuliah online, pokoknya males gerak yang bikin semuanya jadi nyaman hanya dilakukan di atas kasur. So, sobat healthies bisa dibilang “udah pewe rebahan aja” apalagi di era pandemi sekarang ini, apa-apa serba online. Males keluar beli makan tinggal arahin tombol keypad HP dari kasur makanan sudah dateng, kuliah online bisa off camera off mic sambil rebahan di kasur fine-fine aja, jadi adanya pandemi justru membuat generasi Z semakin “terfasilitasi” untuk membudidayakan kebiasaan magernya.

Sebenarnya Mager itu boleh gak sih ? dan ada bahayanya gak sih buat kesehatan ? sebelum kita bahas lebih lanjut soal bahayanya, sobat healthies perlu tahu dulu yaah penyebab dan klasifikasi tingkat kemageran seseorang. Mager atau kalau diistilahkan dengan bahasa ilmiah sobat healthies bisa menggunakan kosakata sedentary lifestyle merupakan perilaku gaya hidup kurang  gerak.   Seseorang yang memiliki gaya hidup ini memilki kebiasaan tidak banyak   melakukan   aktivitas   fisik   atau  tidak   banyak   bergerak ketika beraktifitas. Sedentary lifestyle merupakan   gaya   hidup   yang   santai, seperti  duduk,  berbaring,  membaca,  menonton televisi, bermain mobile phone, dan lain-lain.1

Perlu sobat healthies ketahui, Kementerian  Kesehatan  RI  di tahun  2013 menyatakan  kalau sedentary lifestyle atau yang kita kenal dengan mager adalah perilaku duduk atau berbaring dalam rutinitas sehari-hari baik di tempat kerja (kerja    di    depan    komputer, membaca,   dan   lain-lain),   di rumah (menonton televisi, bermain    game,    dan    lain-lain),    di perjalanan/transportasi    (bus,    kereta,    motor), tetapi  tidak  termasuk  waktu  tidur.

Perlu sobat healthies ketahui kalau mager juga ada klasifikasinya lho! Ya, mager diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mager tingkat rendah kalau durasi perilaku kurang gerak berlangsung selama kurang dari 2 jam, mager tingkat sedang kalau durasi perilaku kurang geraknya berlangsung selama 2-5 jam, dan mager tingkat tinggi kalau durasi perilaku kurang gerak berlangsung selama lebih dari 5 jam. Penyebab dari mager ini dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal. Jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan hobi menjadi faktor internal dari perilaku mager ini. Sedangkan faktor eksternal dari perilaku mager dipengaruhi oleh adanya fasilitas baik di rumah maupun di tempat kerja, adanya sarana transportasi, pola jam kerja yang panjang, sektor pekerjaan dan tingkat pendapatan keluarga.

Nah selanjutnya kita bahas yuk apa aja bahaya dari perilaku mager ini. Dilansir dari sebuah artikel dari jurnal ilmu keperawatan yang meneliti hubungan antara perilaku kurang gerak (sedentary lifestyle) pada anak usia 9-11 tahun, didapatkan hasil bahwa anak obesitas lebih sering melakukan sedentary behaviour dibandingkan dengan anak yang memiliki berat badan normal2. Hasil penelitian lain yang dilakukan terhadap 76 pegawai pelabuhan di Semarang menemukan hasil bahwa perilaku sedentari (mager) merupakan perilaku yang beresiko terhadap salah satu penyakit pembuluh darah. Hormon merupakan salah satu penyebab hipertensi pada laki-laki cenderung lebih tinggi. Otot seseorang yang yang kurang melakukan aktifitas fisik cenderung akan mengendor sehingga peredaran darah akan terhambat dan kerja jantung akan lebih berat3. Ada juga lo sobat healthies penelitian yang dilakukan terhadap 66 pekerja di Surabaya dengan hasil yang menunjukkan kalau perilaku kurang gerak lebih dari sama dengan 6 jam sehari berhubungan dengan adanya sindrom metabolik pada pekerja4. Jadi intinya perilaku kurang gerak (mager) alias sedentary lifestyle itu termasuk bahaya sobat healthies karena berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini menjadi faktor risiko adanya penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi, jantung dan berbagai gangguan sindrom metabolik dalam tubuh.

Nah, sobat healthies bisa melakukan beberapa tips berikut sebagai pencegahan dari adanya kebiasaan kurang gerak, diantaranya mengurangi kebiasaan begadang, menjadwalkan olahraga setiap minggunya, jangan membiasakan overthinking, selalu menetapkan jangka waktu dan deadline terhadap diri sendiri, mencari teman yang produktif, membiasakan untuk meluapkan semua ke”stress”an sobat healthies agar tidak selalu meratapi kestressan dengan mager di atas kasur dan yang terpenting memberikan “reward” kepada diri sendiri ketika sudah berhasil tidak mager.

 

 

Referensi:

1Desmawati. (2019). Gambaran Gaya Hidup Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle) dan Berat Badan Remaja Zaman Milenial di Tangerang, Banten. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat 11(4). https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/view/50

2Setyadi, Rini, IS., Novitasari, T. (2015). Hubungan Penggunaan Waktu Perilaku Kurang Gerak (Sedentary Behaviour) dengan Obesitas pada Anak Usia 9-11 Tahun di SD Negeri Beji 02 Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ilmu Keperawatan 3(2). https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/44

3Oktaviarini, E., Hadisaputro, S., Chasani, S. (2019). Probabilitas Perilaku Sedentari Terhadap Hipertensi pada Pegawai Daerah Perimeter Pelabuhan. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal 9(1), 12-20. https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/364/261

4Yusfita, L.Y. (2018). Hubungan Perilaku Sedentari dengan Sindrom Metabolik pada Pekerja. The Indonesian Journal of Public Health 13(2). http://dx.doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.145-157

Gambae diambil dari : Sedentary Man And Woman On Couch Watching Tv, Phone, Reading. Lazy Lifestyle Cartoon Vector Characters Isolated Stock Vector – Illustration of lifestyle, design: 118697956 (dreamstime.com)