Artikel ini ditulis oleh Haikal, MKM (Dosen Kesehatan Masyarakat, UDINUS)

Didi Kempot menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Selasa, 5 Mei 2020 di Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta. Seniman yang telah melahirkan 800 lagu telah berpulang di masa-masa puncak perjalanan kariernya. Lagu-lagu dari pakdhe (panggilan akrabnya) telah sukses menyatukan kaum paling rentan di Indonesia, yaitu Sobat Ambyar. Sobat Ambyar merupakan penyebutan untuk mereka yang menggemari karya Pakdhe Didi Kempot. Sedangkan, Ambyar berasal dari tema lagu pakdhe yang erat kaitannya dengan patah hati.

Lirik lagu yang mudah dipahami dan musik yang menyenangkan menjadi kombinasi sempurna untuk masuk ke dalam telinga dan dada para pendengarnya. Pakdhe telah menyulap tema-tema fundamental dari diri manusia (patah hati) menjadi sebuah mahakarya untuk didengarkan, ditangisi dan dijogeti.  Pakdhe telah mengajarkan tentang banyak hal, termasuk tentang merayakan patah hati. Merayakan patah hati adalah sebuah kondisi tentang menerima, menangisi dan berdamai dengan kondisi sakit secara mental. Pakdhe telah sukses untuk meningkatkan derajat kesehatan mental, yang merupakan salah satu tujuan dari ilmu kesehatan masyarakat. 1

Merayakan patah hati dengan berjoget dan mendengarkan musik adalah salah satu upaya dalam peningkatan derajat kesehatan mental.Menyanyi dan berjoget dalam sebuah konser dengan sekelompok orang, dapat meningkatkan hubungan sosial dan kesehatan. 2,3. Hubungan sosial yang dibangun oleh sobat ambyar tidak dapat dipandang sebelah mata.Solidaritas sobat ambyar mampu menghasilkan donasi 7,6 milyar dalam rangka membantu korban Covid-19 di Indonesia. Peningkatan hubungan sosial berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan 4.Selain itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesejahteraan hidup (wellbeing) adalah aspek penting dari kesehatan. Marmot  menggambarkan wellbeing sebagai konstruksi multidimensi, yang mencakup kepuasan terhadap kehidupan, rasa otonomi, kontrol dan realisasi diriserta tidak adanya depresi dan kesepian. Keterlibatan aktif dalam praktik seni pertunjukan sosial-budaya, seperti musik dan tari, memiliki potensi untuk meningkatkandan mempertahankan wellbeing, dengan kemungkinan berdampak pada kualitas kesehatan yang dialami oleh individu dan kelompok sosial5.Jadi, patah hati yang dirayakan secara kolektif adalah sebuah upaya dalam peningkatan kesehatan mental.

Meningkatkan suasana hati dan menghilangkan stres adalah salah satu manfaat yang paling sering disebutkan dari bernyanyi secara berkelompok.6,7 Suasana konser pakdhe tidak pernah sepi dan selalu menghasilkan kerumunan yang bernyanyi secara bersama-sama. Lagu berbahasa daerah dan musik yang bisa diterima oleh kalangan milenials adalah bentuk magis dari seorang Pakdhe Didi Kempot. Tema asmara atau patah hati menambah kedekatan lagu pakdhe dengan kalangan milenials.

Kunto Aji pernah melakukan hal serupa dengan pakdhe, terkait pemanfaatan media musik untuk kesehatan mental. Konser Mantra-Mantra yang dihadiri 3000 orang sukses menyihir pertunjukan malam itu8. Kunto Aji jelas berbeda dengan Didi Kempot. Namun, Pemanfaatan media musik sebagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan mendapatkan angin yang segar.

Penggunaan musik sebagai media terapi sudah banyak dilakukan padamasa dimana psikologi, kedokteran dan musik masih bernaung pada induk pengetahuan yaitu filsafat. Pemanfaatan musik untuk terapi sudah dimulai pada masa Hippocrates yang menulis tentang doktrin metafisik musik jauh sebelum tulisannya tentang pengobatan. Pythagoras juga mengambil bagian dalam pergumulan musik dan pemanfaatannya. Menurut Pythagoras,Getaran yang ditimbulkan dawai dapat ditangkap oleh indera yang mempengaruhi seseorang karena tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (spirit) adalah satu kesatuan. Menurut Socrates, susunan nada-nada tertentu dapat mengarahkan seseorang untuk hidup harmonis dan berani, sedangkan susunan nada-nada lainnya dapat mengurangi kesedihan. 9

Ilmu Kesehatan Masyarakat merupakan Ilmu dan seni untuk meningkatkan derajat kesehatan. Kita belajar Ilmunya sedangkan Pakdhe telah mengajarkan seninya.

Terimakasih Pakdhe,

Ijinkan kami untuk mewariskan apinya, bukan abunya-

 

Daftar Pustaka

  1. Hiscock, I. V. Public health at Yale. Yale J. Biol. Med.19, 393-b1 (1947).
  2. Kreutz, G. Does singing facilitate social bonding. Music Med6, 51–60 (2014).
  3. Murcia, C. Q. & Kreutz, G. Dance and health: Exploring interactions and implications. Music. Heal. wellbeing 126–135 (2012).
  4. House, J. S. landis Kr, Umberson D. Soc. relationships Heal. Sci.241, 540–545 (1988).
  5. Marmot, M. & Bell, R. Fair society, healthy lives. Public Health126, S4 (2012).
  6. Clift, S. et al. Choral singing and psychological wellbeing: Quantitative and qualitative findings from English choirs in a cross-national survey. J. Appl. Arts Heal.1, 19–34 (2010).
  7. Stewart, D. E. & Irons, J. Y. Music, public health, and health promotion: Can music be a social determinant of health? in Music, Health and Wellbeing 17–31 (Springer, 2018).
  8. kunto aji berikan terapi untuk ribuan penonton dalam konser mantra-mantra. Available at: https://www.grid.id/read/041959615/kunto-aji-berikan-terapi-untuk-ribuan-penonton-dalam-konser-mantra-mantra-live?page=all.
  9. Horden, P. Commentary on Part V, with Notes on Nineteenth Century America and on Mesmerism and Theosophy. Horden Music as Med. Hist. Music Ther. since Antiq. Aldershot Ashgate (2000).

gambar diambil dari https://www.google.com/search?q=didi+kempot&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjp86mJrKnpAhXdH7cAHVPtA7QQ_AUoAXoECB0QAw&biw=1600&bih=789#imgrc=PaN5NfbYlxgkVM