Artikel ini ditulis oleh Widya Ratna Wulan, S.KM., M.KM

Dosen Progdi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Semenjak 3 minggu terakhir istilah “NEW NORMAL” dicanangkan oleh Presiden RI tentunya hal ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Presiden RI meminta jajarannya untuk melakukan sosialisasi secara masif mengenai new normal atau tatanan normal baru di tengah pandemi COVID-19. Presiden menyebutkan sosialisasi yang masif akan membuat masyarakat lebih memahami apa yang harus dilakukan saat beraktivitas di luar rumah. Misalnya mulai dari menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, hingga soal larangan berkerumun. Hal itu untuk menghindari penularan COVID-19 dan bukan dalam artian bahwa kita telah terbebas dari virus COVID-19 ini.

Melihat situasi dan kondisi yang terjadi sekarang terkait COVID-19 maka tatanan kehidupan normal baru ini menjadi alternatif exit strategy. Tatanan new normal merupakan transformasi perilaku hidup di masyarakat yang baru untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan sampai ditemukannya vaksin yang dapat menyembuhkan para korban yang terinfeksi COVID-19.

Istilah bukan hanya sekedar istilah, lalu apa sebetulnya New Normal?

Definisi new normal sendiri adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi dengan beberapa syarat. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. New Normal sendiri dinilai sebagai sebuah peradaban baru dimana semua sudah tidak pada normal yang lama dan secara alami beradaptasi pada pada kebiasaan yang baru.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak ada “cara cepat” untuk melawan COVID-19 ini. Menurut WHO dari Direktur Regional EUROPE, Dr Hans Henri P. Kluge, negara-negara terutama di Eropa telah memasuki periode untuk menyesuaikan langkah dengan cepat dan meredakan pembatasan secara bertahap.

WHO mensyaratkan kepada setiap negara yang hendak melakukan transisi, pelonggaran pembatasan, dan skenario new normal harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

  1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.
  2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.
  3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi , terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.
  4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan – dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
  5. Risiko kasus impor dapat dikelola.
  6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal.

NEW NORMAL sebagai pelaksanaan budaya baru dan persepsi masyarakat Indonesia tentang ini

Krisis besar berupa pandemi COVID-19 adalah krisis global dan bisa menjadi sebuah momentum untuk transformasi besar. Masyarakat bisa terbiasa hidup lebih sehat dan produktif dengan teknologi, suatu gambaran situasi yang dulu mungkin malas-malasan untuk dilakukan. COVID-19 menjadi realitas penyakit yang mengubah struktur sosial masyarakat. Perilaku sosial berubah, yaitu cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) turut beradaptasi. Secara sosiologis setidaknya pandemi COVID-19 terkonstruksi empat persepsi di masyarakat.

Penerapan New Normal atau normal yang baru perlu penjelasan dan kebijakan pemerintah. Jangan sampai masyarakat membuat penafsiran masing-masing seperti sekarang ini dimana beberapa masih ada yang menilai bahwa NEW NORMAL merupakan tanda terbebas dari COVID-19. Seperti di satu sisi mall dan tempat perbelanjaan mulai dibuka sementara masjid dan tempat ibadah masih harus ditutup. Laporan BNPB menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 masih belum dapat diatasi, namun pemerintah berencana melonggarkan aturan dan mewacanakan new normal.

Sumber :

Webinar Nasional Pengendalian Stunting di Era Pandemi Covid-19 dan Peran Epidemiolog dalam Menghadapi New Normal oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto. Badan PPSDM Kesehatan -Kementerian Kesehatan RI, oleh Dr. I Nyoman Kandun, MPH

https://kolom.tempo.co/read/1351996/negara-masyarakat-dan-era-new-normal/full&view=ok

Gambar : https://economy.okezone.com/read/2020/06/14/320/2229839/new-normal-ri-harus-belajar-dari-china