Kuala Lumpur, Malaysia – Dosen beserta mahasiswa Fakultas Kesehatan dan Fakultas Desain Komunikasi Visual dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Indonesia, dan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiah (PCIM), Malaysia, baru-baru ini terlibat dalam program pengabdian masyarakat internasional yang bertujuan untuk memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi bagi siswa SD kelas 6 karena dapat memberikan pemahaman benar tentang tubuh, Kesehatan reproduksi, dan hubungan antar gender. Selain itu, edukasi seksual juga dapat membantu anak untuk : Pencegahan pelecehan seksual, mencegah kehamilan di usia dini, mencegah pergaulan bebas, mencegah hubungan seks di luar nikah, mencegah anak terkejut saat pubertas, mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak benar, membangun kepercayaan antara orangtua dan anak, membuat anak mengerti konsekuensi dan menghargai diri, menangkal efek buruk media dan lingkungan. Program ini diprakarsai oleh Hugi Cerlyawati, Ayu Azhari, Dzuha hening Yanuarsari, dengan mahasiswa yang terlibat antara lain : Lintang Pradendi Grisano, Hakiki Dwi Setyo Utomo, dan Aditya Reanda Permana dengan fokus pada pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi saat anak sedini mungkin.
Pentingnya Edukasi Bagi Anak Sedini Mungkin
Edukasi mengenai kesehatan reproduksi bagi anak-anak adalah langkah awal yang krusial untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan diri. Melalui pembahaman yang benar, anak-anak dapat membuat keputusan yang bijaksana mengenai kesehatan mereka di masa depan.
Anak-anak tidak memahami tubuh mereka dan perubahan yang terjadi selama masa pubertas cenderung lebih rentan terhadap masalah kesehatan seperti infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Edukasi dini dapat membantu mereka mengenali gejala-gejala yang perlu diwaspadai dan Langkah-langkah pencegahan yang harus diambil. Selain itu, edukasi kesehatan reproduksi membantu anak-anak memahami dan menghargai tubuh mereka sendiri serta orang lain.
Hal ini juga mengajarkan mereka tentang pentingnya persetujuan dan menghormati Batasan pribadi orang lain. Di tengah meningkatnya kasus kekerasan seksual dan pelecehan, memiliki pengetahuan ini dapat menjadi alat pelindung yang kuat bagi anak-anak.
Mereka akan lebih berani berbicara jika menghadapi situasi yang tidak nyaman atau berbahaya, dan tahu ke mana harus mencari bantuan. Pendidikan ini juga berperan dalam menghilangkan stigma dan mitos yang sering melekat pada topik kesehatan reproduksi.
Siklus Positif Yang Ditimbulkan
Banyak budaya dan Masyarakat yang masih menganggap topik ini sebagai hal yang tabu, sehingga banyak anak-anak merasa malu atau takut untuk bertanya. Dengan memberikan informasi yang akurat dan terbuka, anak-anak dapat merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam membicarakan kesehatan reproduksi, serta mengurangi penyebaran informasi yang salah.
Dalam jangka Panjang, edukasi kesehatan reproduksi yang tepat dapat mempengaruhi kesehatan Masyarakat secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh dengan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi lebih mungkin untuk menjadi individu dewasan yang sehat, memiliki hubungan yang sehat, dan menjaadi orangtua yang mendukung Pendidikan kesehatan bagi generasi berikutnya.
Ini dapat menciptakan siklus positif yang berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan Masyarakat. Oleh karena ini, penting bagi orangtua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk memastikan bahwa edukasi kesehatan reproduksi dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan program Pendidikan diluar sekolah.
Dengan memberikan informasi yang benar dan relevan, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang berpengetahuan, sehat, dan mampu membuat Keputusan yang bijaksana mengenai kesehatan reproduksi mereka.
Pelaksanaan dan Agenda Utama
Program ini dilaksanakan melalui sesi pendidikan dan berbagi pengalaman yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari kedua universitas.
- Edukasi terkait kesehatan reproduksi bagi siswa PCIM Malaysia
Pada 11 Desember 2024, sesi edukasi digelar di sanggar belajar PCIM Malaysia dengan menghadirkan 25 anak dari sanggar belajar tersebut. - Sesi dibagi dalam 3 waktu
Sesi pertama adalah mengerjakan pretest, sesi kedua adalah materi edukasi, dan sesi ketiga adalah mengerjakan posttest.
Perbandingan Hukum Perkawinan di Malaysia dan Indonesia
Program ini juga menyoroti kesamaan dan perbedaan dalam regulasi Perkawinan di kedua negara:
- Malaysia:
- Undang-Undang: Undang-Undang Malaysia Akta 164 Bahagian III Perkahwinan Sekata Mengenai Perkahwinan hal.20. Perkawinan bisa dilakukan bagi pasangan dengan umur 21 tahun atau ada persetujuan dari Bapak/Ibu/Bapak angkat/Wali
- Indonesia:
- Undang-Undang: UU RI No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Pasal 7 Butir 1 menyebutkan bahwa perkawinan hanya diijinkan apabila pria dan Wanita sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun.
Hasil dan Publikasi
Program ini menghasilkan sejumlah keluaran penting, di antaranya:
- Publikasi artikel di jurnal pengabdian untuk menyebarluaskan temuan.
- Video dokumentasi program melalui kanal YouTube “Abdimasku”.
- Video ilustrasi berjudul “Perubahan Besar Pertama Lina”.
Kolaborasi dan Pendanaan
Program ini didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Dian Nuswantoro bekerja sama dengan PCIM Malaysia. Keberhasilan program ini menunjukkan pentingnya kemitraan internasional dalam menghadapi tantangan global di bidang kesehatan reproduksi remaja.
Melalui kolaborasi ini, mahasiswa kesehatan tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang kesehatan reproduksi, tetapi juga berkontribusi dalam menumbuhkan pengetahuan terkait dengan pentingnya kesehatan reproduksi.
Penulis : Hugi Cerlyawati, Ayu Azhari, Dzuha Hening Yanuarsari