Oleh : Fitria Dewi Puspita Anggraini, S.KM., M.Sc. dari Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat
Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat oleh Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang di Posyandu Kenanga, Desa Meteseh, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Agustus 2022 pukul 08.00-12.00 WIB. Pelaksanaan posyandu yang bertepatan dengan moment pelaksanaan BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) sengaja dimanfaatkan oleh Fitria Dewi Puspita Anggraini, SKM., M,Sc selaku ketua pengabdian guna memberikan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan ibu balita terkait stunting. Kurangnya pemahaman ibu balita terkait stunting melatarbelakangi kegiatan pengabdian ini. Beberapa ibu berpikir bahwa anak stunting bukan semata-mata disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, melainkan juga disebabkan oleh minat dan kemauan anak untuk mau makan. Pemahaman inilah yang ingin diubah oleh para dosen pengajar dari Prodi S-1 Kesmas UDINUS.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan pelaksanaan pre-test yang berisi sejumlah pertanyaan dengan sebaran 5 pertanyaan mengenai pengetahuan, 6 pertanyaan terkait pola asuh pemberian makan, 6 pertanyaan terkait status kesehatan anak dan 12 pertanyaan terkait karakteristik responden. Program pengabdian ini beranggotakan 2 dosen lain dari program studi S1 Kesehatan Masyarakat yakni Aprianti, SKM., M.Kes dan Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz., M.Gizi, menggandeng 3 mahasiswa bernama David Gordianus Lumangkun, Nurmalika Hanifah Firdausa, dan Nida Tahara Salsabila dengan pendanaan penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Dian Nuswantoro. Materi yang dipaparkan mengenai definisi stunting, penyebab, dan cara pengukuran untuk deteksi awal stunting. Rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilanjutkan dengan pengambilan data posttest untuk mengukur peningkatan pengetahuan mengenai literasi kesehatan ibu balita terkait stunting. Dari sekitar 54 ibu balita yang mengikuti kegiatan posyandu, 24 orang diantaranya berhasil dilakukan penilaian terhadap skor pretest dan posttest. Terdapat peningkatan skor pengetahuan dari semula 73 menjadi 79. Pengukuran menggunakan rumus Gain Score menunjukkan bahwa nilai rata-rata N Gain Score untuk kelas eksperimen (metode ceramah) adalah sebesar 12,76% termasuk dalam kategori tidak efektif. Ketidakefektifan hasil ini disebabkan karena kurang kondusifnya kondisi di posyandu, adanya keterbatasan sarana prasarana pendukung dalam pemaparan materi serta sulitnya mengkondisikan para balita saat sesi edukasi tengah berlangsung.
Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusianya) disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Dampak stunting akan terlihat pada jangka pendek dan jangka panjang nantinya. Dampak jangka pendek dari stunting dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, gangguan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Adapun dampak jangka panjang stunting nantinya akan berpengaruh terhadap penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga anak akan mudah sakit, beresiko tinggi terhadap berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.
Meskipun sesi edukasi kurang berjalan sesuai harapan, tetapi antuasiasme para ibu kembali meningkat ketika pemateri membuka sesi diskusi. Tiga penanya terbaik berhak mendapatkan doorprize berupa minyak goreng 2 Liter, dan 2 paket lain yang berisi detergent dan sabun cuci piring. Ibu-ibu penerima doorprize menanyakan seputar cara pemantauan tumbuh kembang anak untuk deteksi dini stunting, pola asuh pemberian makan yang baik, dan upaya peningkatan status gizi anak di saat sakit.
Tidak berakhir sampai disini, kegiatan pengabdian yang mengusung tema stunting juga memberikan sarana penunjang posyandu berupa timbangan digital bayi dan papan nama posyandu Kenanga. Pengadaan posyandu digital ini harapannya dapat dipergunakan untuk melakukan pengukuran berat badan dan panjang badan yang lebih valid, efektif dan efisien. Karena deteksi awal stunting dapat diketahui dari pengukuran tinggi badan per usia (TB/U) yang di plot pada kurva Kartu Menuju Sehat (KMS) anak. Jika hasil pengukuran TB/U anak di bawah garis merah -2 (-2SD) di kurva KMS, maka dapat dikatakan bahwa anak memiliki faktor risiko perawakan pendek yang bisa mengarah ke stunting. Ketua Kader Posyandu Kenanga, Ibu Murwati menuturkan bahwa dengan adanya timbangan digital ini diharapkan dapat memudahkan proses pengukuran panjang dan berat badan anak pada kegiatan posyandu di setiap bulannya.
Sebagai penutup kegiatan, dilakukan sesi foto bersama dengan semua responden, pemateri, kader dan bidan desa. Diharapkan seluruh ibu di Posyandu Kenanga dapat turut serta dan berperan aktif melakukan upaya pencegahan stunting karena pada masa kehamilan stunting dapat dicegah dengan senantiasa rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah; Pemberian Makanan Tambahan bagi ibu hamil ; dan pemenuhan status gizi. Mengupayakan proses persalinan dengan dokter atau bidan terlatih; melakukan Inisiasi Menyusui Dini; dan pemberian ASI Eksklusif merupakan 3 dari 10 upaya pencegahan stunting yang dapat dilakukan setelah fase kehamilan. Adapun untuk 2 tahun pertama kehidupan anak dapat dioptimalkan dengan memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi di atas usia 6 bulan; rutin memberikan vitamin A dan Imunisasi Dasar Lengkap; melakukan pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu atau fasyankes terdekat; serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.