Artikel ini ditulis oleh Dyah Ernawati, S.Kep, NS, M.Kes (Dosen Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro)

 

Menurut klasifikasi WHO, Anak (children) berada pada rentang usia 2-10 tahun, dimana usia ini memliki dunia penuh keceriaan. Ceria dalam bermain, ceria dalam belajar, ceria mempunyai teman banyak, dan ceria dalam pelukan hangat keluarga. Namun, keceriaan itu terenggut/terbatasi karena masa pandemic covid-19. Baik anak-anak maupun orang tua menghadapi perubahan besar dalam kehidupan. Hampir 2 tahun, sekolah ditutup, physical distancing, wajib memakai masker, arena bermain anak terbatas hanya di rumah saja, dan teman bermain hanya keluarga. Sangat berat, yang dirasakan anak-anak, ingin bermain di luar, hanya bisa mengintip dari jendela, dan sering bertanya pada ibu,

“Kapan boleh sekolah lagi?”

“Boleh bermain di luar lagi?”

Ada kecemasan pada anak, jika nanti terkena penyakit covid-19, lalu meninggal, seperti berita-berita dari media manapun yang mereka dengar. dr. Damour menyampaikan para psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri.

Nah, ibu lah yang paling dekat dengan anak-anak, untuk bisa memberi dukungan mental anak, dengan memberi pemahaman dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Kecemasan itulah yang akan membantu mengubah perilaku anak untuk mengikuti saran/nasehat dengan mempraktikan social distancing, sering mencuci tangan, dan tidak menyentuh wajah. Rasa  cemas ini akan membantu mendorong mereka untuk melakukan hal yang dilakukan saat ini, sehingga akan merasa lebih baik. Jadi, itulah point yang dapat ibu pegang, ditekankan pada anak, dibiasakan satu hal yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dari covid-19, karena kita memang sudah masuk dalam tatanan kehidupan new normal. Dapat kita tambahkan informasi pada anak-anak kita bahwa yang kita lakukan yaitu social distancing, sering mencuci tangan, dan tidak menyentuh wajah, tidak keluar rumah adalah cara kita untuk menjaga masyarakat sekitar dan kita juga memikirkan orang-orang di sekitar kita.

Hal yang membuat nyaman dan anak-anak betah dirumah adalah kreativitas ibu dalam distraksi positif dan bermanfaat. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan, menonton film, membaca komik, senam meniru di youtube, belajar berkebun, belajar memasak, menulis dan menggambar sesuai imaginasinya masing-masing (ibu bisa menggali bakat dan minat anak).

Di masa new normal ini, aktivitas berangsur-angsur pulih kembali seperti sediakala, seperti sekolah sudah mulai masuk, mall dan wisata mulai dibuka. Yang terpenting adalah kita, dan anak-anak kita tetap menjaga perilaku hidup sehat, protokol kesehatan, dan konsumsi nutrisi yang bergizi.

 

Pustaka

  1. https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cara-melindungi-kesehatan-mental-keluarga-selama-covid-19. 4 April 2020
  2. https://www.sehatq.com/artikel/risiko-penyakit-berdasarkan-klasifikasi-umur-menurut-who, 8 mei 2020
  3. https://www.google.com/search?q=animasi+anak+bermasker&rlz=1C1GCEA_enID970ID970&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiVzMj6hfvyAhWWYisKHSd5AuEQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1366&bih=600#imgrc=pwTKET5Sp331OM