Artikel ini ditulis oleh Aprianti, SKM, M.Kes (Dosen Kesehatan Masyarakat, UDINUS)

Masa Remaja merupakan masa paradoks, remaja menghadapi situasi dimana mereka  bukan lagi anak namun belum lagi dewasa. Secara biologis mereka dapat menjadi ayah atau ibu tetapi tidak siap menyandang tanggungjawab sebagai orang tua. Mereka merasakan kebutuhan akan kemerdekaan tetapi masih bergantung pada orang tua dalam pemenuhan kebutuhan materialnya. Masa ini juga merupakan masa pencarian  jati diri dengan mencoba hal-hal baru, termasuk  perilaku berisiko. Perilaku berisiko pada remaja atau yang sering kita sebut dengan triad KRR yaitu, penyalahgunaan napza, seksualitas, dan HIV//AIDS.

Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal  pengaruh yang merugikan bagi kesehatannya. PKHS merupakan adaptasi dari Life Skills Education(LSE). Life skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan fisik, mental dan sosial.

Peningkatan keterampilan psikososial yang dapat memberi kontribusi berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan baik.  Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:

  1. Pengambilan keputusan Pada remaja

Keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan menjadi suram.

  1. Pemecahan masalah

Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisik.

  1. Berpikir kreatif Membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tanpa ada keputusan, berpikir kreatif akan membantu cara merespons segala situasi dalam keseharian hidup secara fleksibel.

  1. Berpikir kritis

Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara objektif, dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku misalnya tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.

  1. Komunikasi efektif

Membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun nonverbal, sesuai dengan budaya dan situasi dalam cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana membutuhkan.

  1. Hubungan interpersonal

Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga dapat meciptakan persahabatan dan mempertahankan hubungan, hal yang penting untuk kesejahteraan mental. Dapat meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial.  Keahlian ini diperlukan juga agar terampil  dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.

  1. Kesadaran diri

Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan diri akan adanya  stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini  harus dipunyai untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.

  1. Empati

Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu  membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih  remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang menderita.

  1. Mengendalikan emosi

Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat mempengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.

  1. Mengatasi stres

Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh membantu mengontrol stres dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar  atau merubah cara hidup (lifestyle). Disini diajarkan pula bagaimana bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.

Bagaimana Internalisasi Ketrampilan Psikososial di sekolah?

Remaja merupakan tahapan perkembangan usia untuk memperoleh pendidikan. Di sekolah lah tempat remaja berkumpul dan menghabiskan waktu. Namun kenyataannya ketrampilan psikososial sering terabaikan di sekolah, dimana remaja memperoleh ilmu dan pengetahuan. Sekolah saat ini hanya terfokus mengajarkan hard skill yaitu kemampuan berfikir kognitif pada remaja. Indikator keberhasilan remaja disekolah apabila mendapatkan nilai akademik yang baik.

Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk menginternalisasikan ketrampilan psikososial pada remaja. Internalisasi tersebut dapat diwujudkan melalui penambahan edukasi psikososial dalam kurikulum pembelajan di sekolah. Pembelajaran ketrampilan psikososial ini dapat diberikan oleh guru bimbingan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Hal yang penting dalam layanan bimbingan dan konseling adalah menyangkut upaya memfasilitasi siswa melalui konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral spiritual). Namun dalam praktiknya pelayanan bimbingan konseling yang diberikan oleh guru BK di sekolah masih terfokus pada bimbingan karir para siswa, seperti misalnya rencana studi keperguruan tinggi.

Sebagai contoh pendidikan ketrampilan hidup sehat ini, dapat diberikan oleh guru bimbingan konseling ketika remaja di bangku SMP. Sepuluh ketrampilan hidup dapat diberikan, misalnya satu minggu memahami satu ketrampilan hidup sehat. Untuk di tingkat SMA remaja tidak hanya memahami tentang ketrampilan hidup sehat akan tetapi mampu mendalami dan menginternalisasikan dalam kehidupan sehari – hari mereka. Sebagai indikator keberhasilan sepuluh pendidikan ketrampilan sehat ini adalah menurunnya triad KRR.

Referensi :

 

SDKI. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2018.

 

Dinas Kesehatan Kota Semarang.Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2018. Semarang.2019

 

Depkes RI.Materi Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, Direktorat Kesehatan Keluarga.Jakarta.2003

 

Gambar diambil dari http://www.genreindonesia.com/home-2/