Artikel ini ditulis oleh : Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz, M.Gizi, Dosen S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan UDINUS. 

Stunting adalah suatu kondisi dimana pertumbuhan tinggi badan tidak normal. Ketidaknormalan tersebut ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah dari teman seumuran dengan jenis kelamin yang sama. Penyebab terjadinya stunting pada anak dari sisi asupan makan karena kekurangan makanan bergizi dalam waktu cukup lama. Kekurangan yang dimaksud dalam arti jumlah dan keberagaman bahan pangan. Sebagai contoh, masalah yang paling sering dijumpai pada anak yaitu susah makan.

Perilaku yang dilakukan orang tua biasanya hanya membiarkan atau memberikan apapun yang diinginkan oleh anak. Anak belum paham bagaimana kandungan zat gizi dalam bahan pangan, sehingga peran orang tua terutama ibu sangatlah penting. Selain itu, masih ada anggapan di masyarakat “makan apapun yang penting kenyang”.

Sehingga dalam rumah tangga terkadang hanya disajikan nasi dalam jumlah besar, namun makanan lain untuk memenuhi zat gizi masih jauh dari kata cukup. Penyebab lainnya adalah anak yang menderita penyakit infeksi. Penyakit yang paling sering dijumpai pada anak-anak meliputi diare dan ISPA. Keadaan sakit dapat menurunkan nafsu makan pada anak sehingga mengganggu asupan gizinya.

Menurut WHO, batasan prevalensi stunting suatu wilayah sebesar 20%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 dari seluruh provinsi di Indonesia ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Secara nasional prevalensi stunting menurun dari 37,2% menjadi 30,8%. Meskipun sudah menurun, tetapi masih jauh dari batasan WHO.

(sumber : Riset Kesehatan Dasar, 2018)

Masih berdasarkan gambar tersebut, prevalensi stunting di Jawa Tengah juga menurun. Jika diperhatikan, prevalensinya hampir sama dengan prevalensi nasional. Perlu diketahui, pada tahun 2018 ini, pemerintah memasukkan masalah stunting dalam prioritas penanganan masalah di Rapat Kesehatan Nasional, selain TB dan cakupan imunisasi.

Penanganan stunting melibatkan lintas sektor baik ditingkat nasional maupun daerah. Diantaranya Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan bahkan diluncurkan “Buku Saku Stunting Desa” untuk digunakan sebagai panduan perangkat desa dalam berpartisipasi mengatasi stunting.

Tahun 2018 ini, 100 kota/kab di Indonesia menjadi prioritas penanganan stunting. Di Jawa Tengah sendiri ada terdapat 11 kabupaten dan kota yang termasuk di sana. Ada kemungkinan besar, salah satu penyebab penurunan angkat stunting adalah hal tersebut. Program ini diharapkan dapat dilakukan di daearah-daerah lain yang belum termasuk 100 kab/kota tersebut seprti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa pemerintah Indonesia merencanakan akan menargetkan 200 kab/kota untuk penanganan stunting selanjutnya di tahun 2019. Mari kita bersama menurunkan angka stunting.

Sumber gambar : https://majalahkartini.co.id/keluarga-karier/anak/hampir-9-juta-anak-di-indonesia-mengalami-stunting/